Menurut EUROCHEM yang
dimaksud dengan jaminan
kualitas (QA) adalah tindakan yang direncanakan sistematis diperlukan untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa suatu produk atau jasa akan memenuhi
persyaratan untuk kualitas yang diberikan. Quality
control (QC) adalah kegiatan yang sehari-hari dilakukan yaitu operasional
teknik dan kegiatan yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas.
Validasi adalah proses yang menunjukkan bahwa prosedur laboratorium dapat
diandalkan, dan direproduksi oleh personil dalam melakukan tes di laboratorium.
Quality assurance atau jaminan mutu
merupakan bagian dari manajemen mutu
yang difokuskan pada pemberian keyakinan bahwa persyaratan mutu akan dipenuhi.
Secara teknis jaminan mutu
pengujian dapat diartikan sebagai keseluruhan kegiatan yang sistematik dan
terencana yang diterapkan dalam pengujian, sehingga memberikan keyakinan yang
memadai bahwa data yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu sehingga dapat
diterima oleh pengguna. Pengendalian mutu adalah suatu tahapan dalam prosedur
yang dilakukan untuk mengevaluasi suatu aspek teknis pengujian.
Quality control (pengendalian mutu)
adalah kegiatan untuk memantau,
mengevaluasi dan menindaklanjuti agar persyaratan mutu yang ditetapkan tercapai
(product, process, service, inspection, testing, sampling, measurement dan
calibration). Sedangkan Quality assurance
(penjaminan
mutu) adalah semua tindakan terencana, sistematis dan didemonstrasikan untuk
meyakinkan pelanggan bahwa persyaratan yang ditetapkan "akan dijamin"
tercapai. Salah satu elemen dari QA adalah QC. Elemen yang lain yaitu: planning, organization for quality, established procedure, supplier selection,
corrective action, document control, training, audit dan management review.
Definisi menurut ISO 9000:2000 (QMS-Fundamentals
and Vocabulary), adalah:
·
Quality control (lihat section 3.2.10): part of
quality management focused on fulfilling quality requirements
·
Quality assurance (lihat section 3.2.11): part
of quality management focused on providing confidence that quality requirements
will be fulfilled.
Jadi kalau
diterjemahkan, secara singkat QC terfokus pada pemenuhan persyaratan mutu
(produk/service) sedangkan QA terfokus pada pemberian jaminan/keyakinan
bahwa persyaratan mutu akan dapat dipenuhi. Atau dengan kata lain, QA membuat
sistem pemastian mutu sedangkan QC memastikan output dari sistem itu memang
benar-benar memenuhi persyaratan mutu. Kegiatan-kegiatan inspeksi dan uji (in-coming, in-process, outgoing) akan masuk kategori QC,
sedangkan hal-hal seperti perencanaan
mutu, sertifikasi ISO, audit sistem manajemen, masuk kategori QA. Beberapa
perusahaan, saat ini tidak lagi membedakan antara QA dan QC di dalam
operasional quality management-nya. Cukup disebut departemen Quality, di
dalamnya ada kegiatan merancang jaminan
bahwa persyaratan mutu akan dipenuhi dan sekaligus bagaimana memenuhi
persyaratan mutu tersebut.
QA (Quality Assurance) tugasnya memahami spesifikasi customer dan
standard atau spesifikasi yang berhubungan dengan produk, kemudian membuat/
menentukan cara inspectionnya (berupa prosedur) dan mendokumentasi hasil
inspectionnya (manufacturing data report) QC (Quality Control): tugasnya
melakukan inspection berda-sarkan procedure yang dibuat dan disyahkan oleh QA.
Kesimpulannya QA lebih banyak paper work, umumnya memiliki skill inspection
yang baik dan skill menulis procedure dan familiar dengan engineering &
industrial standards, Sedangkan QC lebih banyak melakukan inspection pada process manufacturing dan
membuat laporannya
Dalam pekerjaan laboratorium outputnya adalah data
hasil pengujian dapat dinyatakan memenuhi sasaran mutu data (data quality objective, DQO), jika data
pengujian tersebut dapat memuaskan pelanggan dengan tetap mempertimbangkan
aspek teknis, sehingga akurasi dan presisi memenuhi batas keberterimaan. Selain
itu, hasil pengujian tersebut harus disertakan estimasi ketidakpastian dan
mempunyai ketertelusuran pengukuran ke sistem satuan internasional, sehingga
dapat dipertahankan secara ilmiah. Hal ini berarti bahwa seluruh metode dan prosedur
terdokumentasi di laboratorium harus
komprehensif dan holistik mulai dari perencanaan pengambilan sampel,
penanganan, perlakuan awal dan preparasi, pengujian, verifikasi dan validasi
data, hingga pemberian laporan hasil pengujian ke pelanggan. Dengan kata lain,
laboratorium harus selalu menerapkan, memelihara dan mengembangkan pengendalian
mutu (quality control, QC) dan jaminan mutu
(quality assurance, QA) dalam setiap kegiatan pengujiannya.
QC/QA di laboratorium sering
diartikan sebagai dua hal yang sama, padahal QC dan QA mempunyai perbedaan yang
nyata. Sesuai dengan ISO 9000: 2015 tentang Sistem Manajemen Mutu — Dasar-dasar dan Kosakata, dinyatakan
bahwa QA adalah bagian dari manajemen mutu yang difokuskan pada pemberian
keyakinan bahwa persyaratan mutu akan dipenuhi. Secara teknis QA diartikan
seluruh kegiatan yang sistematik dan terencana yang diterapkan dalam sistem
manajemen mutu serta didemonstrasikan jika diperlukan, untuk memberikan suatu
keyakinan yang memadai bahwa suatu produk atau jasa akan memenuhi persyaratan
mutu. Dengan menggunakan bahasa yang lebih sederhana, QA adalah segala sesuatu
yang dilakukan baik di dalam maupun di luar laboratorium untuk mencapai mutu
data hasil pengujian yang disyaratkan.
Sedangkan, ISO 9000: 2015 mendefinisikan bahwa QC adalah bagian
dari manajemen mutu yang difokuskan pada pemenuhan persyaratan mutu. Dengan
kata lain, QC adalah suatu tahapan dalam metode pengujian yang dilakukan untuk
mengevaluasi suatu aspek teknis pengujian. Oleh sebab itu, QC merupakan
pengendalian, pemantauan, pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
sistem manajemen mutu berjalan dengan baik dan benar. Dari kedua definisi
tersebut, jelas bahwa QC merupakan bagian dari QA sebagaimana dilustrasikan
pada gambar dibawah. Penerapan QC/QA akan berjalan efektif apabila laboratorium
menetapkan dan memelihara sistem manajemen mutu yang sesuai dengan jenis, ruang
lingkup, dan volume kegiatan pengujian yang dilaksanakan.
Penerapan QC/QA dalam pengujian, bahwa QC merupakan
pemenuhan segala sesuatu yang disyaratkan secara teknis oleh metode pengujian
yang digunakan oleh analis laboratorium. Sedangkan QA merupakan evaluasi
menyeluruh oleh penyelia dan manajer teknis atau pihak luar yang independen
terhadap data hasil pengujian yang diperoleh. Gambar dibawah ini memberikan gambaran perbedaan QC/QA di laboratorium .
·
Validasi atau verifikasi metode
pengujian yang terencana sehingga
penerapan metode pengujian
sesuai persyaratan tertentu
untuk suatu maksud khusus dipenuhi.
·
Data pengujian yang dihasilkan
oleh analis
diverifikasi oleh penyelia dan divalidasi
oleh manajer teknis untuk memastikan mutu data memenuhi
persyaratan serta tujuan yang dimaksud.
·
Audit internal oleh manajer mutu dan kaji ulang manajemen oleh manajer puncak dilakukan untuk memastikan tahapan pengujian dan hasil yang dilaporkan telah memenuhi kesesuaian secara
teknis dan pemenuhan sistem
manajemen mutu terdokumentasi.
·
Uji profisiensi dilakukan oleh penyelenggara
yang
kompeten untuk mengevaluasi kinerja
laboratorium dalam menerapkan metode pengujian
·
Asesmen
oleh badan
akreditasi untuk mengetahui
kompetensi
laboratorium
dalam melakukan pengujian baik secara teknis
maupun sistem
manajemen mutu.
Aktifitas rutin analis laboratorium dalam menerapkan tahapan teknis metode pengujian sehingga sasaran mutu
data hasil pengujian memenuhi batas keberterimaan dengan meminimalkan ketidaksesuaian atau bias yang
terjadi. Pemenuhan persyaratan teknis, meliputi antara lain:
· Kompetensi
Analis;
· Sejarah dan Integritas
Sampel;
· Perlakuan Awal, Preparasi dan Pengujian Sampel;
· Blanko Laboratorium / Blanko Metode;
· Dekontaminasi Peralatan Gelas;
· Kalibrasi Peralatan Pengukuran;
· Aquades,
Bahan Kimia Dan Bahan Acuan Bersertifikat;
· Kondisi Akomodasi Dan Lingkungan Pengujian;
·
Akurasi Dan
Presisi Hasil Pengujian;
· Ketertelusuran Pengukuran;
· Angka Penting Dan Ketidakpastian;
· Pelaporan
Hasil
;
· Pemeliharaan Rekaman
Data.